21 August 2016

Kenapa Mesti Mendirikan Partai Baru?


Era reformasi tidak lagi muda. Tahun ini 'rejim reformasi' telah berusia separuh baya dari lamanya rejim orde baru berkuasa. Tidak dapat dipungkiri banyak kemajuan yang telah dicapai. Kini rakyat merayakan mewahnya kebebasan berserikat, berkumpul dan kebebasan pers yang pada masa lalu mahal harganya. Terpilihnya pemimpin dari kalangan rakyat biasa adalah indikasi bahwa demokrasi telah berbuah di Indonesia. Seorang pemimpin yang lahir dari rahim reformasi. Pemimpin baru yang tak terkait dengan rejim masa lalu. Sejarah akan mencatat, inilah kali pertama Indonesia dipimpin oleh seseorang dari kalangan rakyat biasa, bukan berdarah biru ataupun tentara. Namun dinamika politik nasional terlihat sangat dinamis. Apakah 'presiden orang biasa' ini akan efektif

Namun masih banyak amanah reformasi yang belum terwujud. Janji kesejahteraan masih jauh panggang dari api. Angka kesenjangan antara si kaya dan si miskin kian menganga. Korupsi masih menjadi musuh utama pembangunan (bahkan seorang tersangka korupsi dinyatakan 'öt' dan 'proper' menduduki kursi kapolri oleh DPR RI). Perlilaku intoleransi di berbagai daerah masih menhantui beberapa kelompok minoritas di tanah air. Salah satu akar dari deretan masalah di atas adalah partai politik. Demokrasi meletakkan peran sentral partai politik sebagai wadah yang menyalurkan dan mengagregasi aspirasi, tuntutan dan harapan rakyat. Melalui para kadernya di legislatif dan eksekutif, kebijakan menyangkut hidup orang banyak diputuskan. Politik yang mengatur kebajikan untuk bersama, sejatinya adalah tugas moral-suci partai politik. Namun kebijakan partai politik yang harusnya bermuara pada kepentingan publik, diputar-arah menjadi membela kepentingan segelintir elit. Rahim partai politik masih pelit melahirkan pemimpin (gubernur/bupati/walikota) pro rakyat yang jumlahnya masih dapat dihitung dengan jari. Partai-partai politik yang ada sekarang telah terjebak kepada kepentingan rantai ekonomi-politik antar-elit partai yang lain saling berkelindan. Dalam konteks ini persepsi negatif dan apatisme politik di tengah masyarakat wajar saja berkembang. Namun, seperti yang dikatakan Arief Budiman, seorang intelektual-aktivis “(Tapi) system kepartaian merupakan inti dari sistem politik yang demokratis. Memusuhi partai sebagai sisten sama saja dengan menghancurkan demokrasi. Yang harus kita musuhi adalah orang-orang yang SEKARANG ada di partai politik.” Kehadiran partai baru bisa dijadikan solusi alternatif. Sebuah partai yang dapat memutus rantai tali-temali kepentingan ekonomi-politik elit yang tak segan mengorbankan kepentingan rakyat. Tentu saja partai baru yang benar-benar baru. Partai baru yang menawarkan kebaharuan dari segala perspektif dan aksi politik. Bukan partai baru yang mengaku baru tapi sejatinya hasil 'daur-ulang' spirit partai-partai lama. PSI berkeyakinan, partai baru adalah sebuah kebutuhan, karena PSI percaya bahwa sirkulasi kekuasaan tanpa diisi oleh sirkulasi generasi hanya akan menjadi ajang reproduksi masa lalu, tanpa ada sesuatu yang benar-benar baru. Lebih jauh, PSI didirikan, untuk menggalang gerakan politik yang dilandasi oleh rasa solidaritas untuk kemanusiaan. Karena PSI meyakini, sebagaimana Gusdur meyakini, bahwa yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan. Politik harus ditopang oleh kemanusiaan, begitu juga kemanusiaan harus ditopang oleh solidaritas sesama anak bangsa. Di atas pendirian politik seperti itu, PSI mulai membangun dan mempersiapkan diri sebagai partai masa depan.

1 comment:

  1. Setelah membaca dasar, visi dan misi serta peinsip PSI. Sebagai anak muda saya tertarik untuk bergabung dan berjuang bersama demi menwujudkan insonesia yg lebih maju. Apakah saya dapat bergabung dan bagaimana caranya?

    ReplyDelete